Pengusaha Tahu Tempe Lakukan Aksi Mogok Produksi, Saat ini Tahu Tempe Susah Dicari

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp
Tempe, Pengusaha Tempe, Pengerajin Tempe, Demo Harga Kedelai

Sejumlah pengusaha tahu tempe di Kota Bogor melakukan aksi mogok produksi, Senin (21/2). Aksi mogok tersebut rencananya digelar tiga hari, mulai Senin hingga Rabu (21-23/2). Salah satu pengu­saha tahu tempe di Kota Bogor, Mumuh Mulyana (60), mengungkapkan, aksi ini bukan untuk men­cari masalah, melainkan mencari solusi agar harga kedelai kembali turun dan normal.

“Iya kita mulai hari ini. Bu­kan mau cari masalah ya. Tapi, kita mencari solusi dengan aksi ini. Biar pemerin­tah melek dan konsumen pun sama bahwa harga kedelai sedang tinggi,” ucapnya.

Mumuh menjelaskan, so­lusi dari pemerintah sudah sangat ditunggu. Sebab, ke­naikan harga kedelai sudah berangsur terjadi sejak awal tahun.

“Kita ini wong cilik. Kalau terus-terusan naik, kita mau makan di mana. Katanya pe­merintah membela wong cilik. Tapi kenyataannya mana yang dibela,” terangnya.

Dalam kesempatan ini, pi­haknya juga meminta pemerin­tah mampu menciptakan lapangan pertanian kedelai. Sebab, mengandalkan impor bukanlah solusi.

Khas Gresik, Gresik,

“Buat apa banyak orang pin­tar mengenai pertanian, kalau belum bisa mengembangkan kedelai. Saya rasa pemerintah harus membuat sektor per­tanian kedelai dengan nyata,” ujarnya.

Sekadar diketahui, harga kedelai saat ini mencapai Rp12.000 per kilogram dari semula hanya berkisar di angka Rp8.000 per kilogram. Imbasnya, harga tahu dan tempe melonjak dua kali lipat.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, angkat suara terkait aksi mogok produksi yang dilakukan se­jumlah pengusaha tahu tem­pe di Kota Bogor.

Aksi yang bakal berlangsung tiga hari sejak Senin hingga Rabu (21-23/2) itu diklaim pengusaha sebagai aksi pro­tes imbas harga kedelai yang semakin tinggi saat ini.

Menurut Dedie, pihaknya sebenarnya sudah mendapat informasi dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengenai harga kedelai yang masih tinggi di pasaran saat ini. Di mana tingginya harga bahan baku tahu tempe itu terjadi karena dua hal.

Khas Gresik, Gresik,

Per­tama, terjadi persoalan ka­rena sistem distribusi antar­negara terkait kontainer dan pelabuhan. Kedua, terjadi perubahan masa tanam di Amerika Serikat, sehingga mengakibatkan mundurnya masa panen.

“(Jadi) Pada prinsipnya hal ini tidak bisa dikendalikan langsung oleh kita, karena ini semua semata-mata keter­gantungan kita kepada pihak importir,” kata Dedie, Senin (21/2).

“Ke depan, kita berharap kedelai lokal ini bisa dibudi­dayakan dan ditumbuh ­kembangkan di Indonesia secara lebih luas, sehingga hal seperti ini tak terjadi lagi,” sambungnya.

Selain membudidayakan kedelai lokal, jelas Dedie A Rachim, ada cara lain yang bisa digunakan masyarakat untuk mengatasi kelangkaan tahu tempe ini. Yakni, dengan cara melakukan perubahan konsumsi makanan, artinya mengganti makanan tahu tempe dengan makanan yang memiliki sumber-sumber protein nabati lainnya.

Baca Juga  Utamakan Keselamatan,Polres Gresik Gencar Sosialisasi ODOL

“Jadi, kalau masyarakat mem­butuhkan protein nabati hal itu bisa diperoleh dari sumber-sumber protein nabati yang lain,” ujarnya.

“Artinya, kita tidak selama­nya tergantung produk-produk termasuk bahan pertanian impor yang menjadi bahan baku dari tahu tempe,” lanjut­nya.

Khas Gresik, Gresik,

Disinggung apakah memun­gkinkan Kota Bogor mengembangkan budidaya kedelai, sambung Dedie A Rachim, hal tersebut tidak mungkin, karena Kota Bogor keterbatasan lahan.

Meski begitu, pihaknya me­minta baik Litbang Pertanian, IPB, perguruan tinggi lainnya serta instansi terkait dapat memikirkan solusi bersama-sama agar ketergantungan impor kedelai bisa teratasi di kemudian hari.

“Kita berharap semua pihak bisa ikut memikirkan ke depan supaya tak terjadi lagi hal se­perti ini,” pungkasnya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Never miss any important news. Subscribe to our newsletter.